“Masa depanku gimana ya? Aku cemas..”
“Duh mau ambil jurusan apa ya?”
“Aku takut kalo ngga diterima di universitas A”
Di masa akhir SMA tidak sedikit anak
muda yang berpikiran seperti itu, mungkin termasuk aku. Tapi sebenarnya masa
depan itu bukan untuk dipikirkan, melainkan untuk dipersiapkan. Toh kita juga
ga bakal tahu, apakah kita akan sampai pada masa depan itu ataupun sebaliknya.
Namun, jika kita sudah melakukan persiapan maka setidaknya kita memiliki bekal.
“oke, aku sudah menentukan
pilihan ke jurusan ini....”
“eh tapi kok...”
Bicara soal masa depan, maka
bicara juga soal komitmen dan tanggungjawab. Ya karena masa depan kita sendiri
yang memilih, dan Allah yang memutuskan. Karena kita memilih tentu saja kita harus berkomitmen
untuk mempertahankan pilihan dan bertanggungjawab atas apa yang kita kerjakan. Menurutku, usia diatas 17 tahun bukanlah usia
dimana kita bisa bebas melakukan segala hal yang kita sukai saja, tapi dimasa ini
kita harus belajar menerima hal-hal yang tidak kita sukai.
“Tapi aku sedih jurusanku masih
dipandang sebelah mata...”
Idealis, ya hampir semua anak
muda menginginkan hal yang ideal dalam hidupnya. Kebanyakan nih, anak-anak SMA besok pengen
kuliah di kedokteran atau teknik (buat yang anak IPA). Dua prodi itu mungkin
yang paling laris di Indonesia. Soal idealisme dan gengsi dalam memilih jurusan
mungkin kedua hal ini sangat dekat, dan lumayan susah dibedakan. Seorang guru
pernah berpesan, jika kita hanya mengikuti gengsi maka sama dengan kita
mengikuti hawa nafsu dan kita tidak akan pernah merasa puas. Oiya kita tidak
akan merasa gengsi apabila kita sudah menemukan jati diri.
Namun sejatinya ada yang lebih
penting dari menemukan jati diri, yaitu mengenali kadar diri. Ya, jika kita
sudah tahu kadar diri kita, maka kita tahu apa yang mampu dan tidak untuk kita
kerjakan secara otomatis jati diri juga akan ketemu. Selain itu mengenali kadar diri akan memunculkan rasa rendah hati, ya
karena kita merasa kecil dan tidak berdaya di bandingkan atas kuasa sang
pencipta. Oleh karena itu, manusia yang paling baik salah satunya adalah ia
yang mampu mengenali kadar dirinya. Sama
halnya dengan komposisi tubuh, kadar diri manusia juga manusia akan berubah
seiring dengan pertambahan usianya yang dimulai sejak embrio sampai dengan
dewasa.