Sabtu, 31 Desember 2016

Menemukan Jati Diri


“Masa depanku gimana ya? Aku cemas..”

“Duh mau ambil jurusan apa ya?”

“Aku takut kalo ngga diterima di universitas A”

Di masa akhir SMA tidak sedikit anak muda yang berpikiran seperti itu, mungkin termasuk aku. Tapi sebenarnya masa depan itu bukan untuk dipikirkan, melainkan untuk dipersiapkan. Toh kita juga ga bakal tahu, apakah kita akan sampai pada masa depan itu ataupun sebaliknya. Namun, jika kita sudah melakukan persiapan maka setidaknya kita memiliki bekal.

“oke, aku sudah menentukan pilihan ke jurusan ini....”

“eh tapi kok...”

Bicara soal masa depan, maka bicara juga soal komitmen dan tanggungjawab. Ya karena masa depan kita sendiri yang memilih, dan Allah yang memutuskan. Karena  kita memilih tentu saja kita harus berkomitmen untuk mempertahankan pilihan dan bertanggungjawab atas  apa yang kita kerjakan.  Menurutku, usia diatas 17 tahun bukanlah usia dimana kita bisa bebas melakukan segala hal yang kita sukai saja, tapi dimasa ini kita harus belajar menerima hal-hal yang tidak kita sukai.

“Tapi aku sedih jurusanku masih dipandang sebelah mata...”

Idealis, ya hampir semua anak muda menginginkan hal yang ideal dalam hidupnya.  Kebanyakan nih, anak-anak SMA besok pengen kuliah di kedokteran atau teknik (buat yang anak IPA). Dua prodi itu mungkin yang paling laris di Indonesia. Soal idealisme dan gengsi dalam memilih jurusan mungkin kedua hal ini sangat dekat, dan lumayan susah dibedakan. Seorang guru pernah berpesan, jika kita hanya mengikuti gengsi maka sama dengan kita mengikuti hawa nafsu dan kita tidak akan pernah merasa puas. Oiya kita tidak akan merasa gengsi apabila kita sudah menemukan jati diri.

Namun sejatinya ada yang lebih penting dari menemukan jati diri, yaitu mengenali kadar diri. Ya, jika kita sudah tahu kadar diri kita, maka kita tahu apa yang mampu dan tidak untuk kita kerjakan secara otomatis jati diri juga akan ketemu. Selain itu mengenali kadar diri akan memunculkan rasa rendah hati, ya karena kita merasa kecil dan tidak berdaya di bandingkan atas kuasa sang pencipta. Oleh karena itu, manusia yang paling baik salah satunya adalah ia yang mampu mengenali kadar dirinya.  Sama halnya dengan komposisi tubuh, kadar diri manusia juga manusia akan berubah seiring dengan pertambahan usianya yang dimulai sejak embrio sampai dengan dewasa.